9 April 2015
31 Desember 2015 pukul 11.59 WIB, letusan pertama kembang api aku lihat menggelegar indah di langit pada malam itu, tepat 00.00 WIB 1 January 2015 kuucapkan harapan yang sudah aku siapkan untuk tahun ini. Begitu banyak do'a dan harapanku untuk tahun ini, berharap tahun ini menjadi tahun yang penuh berkah, penuh kebahagian.
Babah sudah menjalani operasi besar sebanyak 3 kali. Saat operasi pertama pada Desember 2013 kondisi tubuh babah memang turun drastis, namun beliau tidak menyerah, berat badan babah yang mulanya 45kg naik menjadi 56kg. Babah masih bisa mengendarai mobil, masih bisa melakukan aktifitas seperti biasanya setelah 1,5 bulan dirawat di rumah sakit pasca operasi. Babah juga masih sering tertawa, namun seringkali saat bercerita terselip kata2 "kalau besok babah sudah tidak ada" yang membuat kita menahan tangis mendengarnya. Babah tidak senang melihat kami menangis, setiap kali aku, mama, kakak, dan adikku menangis babah akan menyuruh kami berhenti, pernah beliau sangat marah sehingga mengusir kita keluar dari kamar pasien. Aku sadar, babah pastinya adalah orang yang paling ingin menangis sebenarnya. Untuk itu akupun mencoba untuk menahan air mataku keluar saat menatap babah. Saat terbaring yang kedua kalinya di rumah sakit karena letih akibat kemotrapi mama terus2an menangis melihat keadaan babah beratnya turun lagi. Babah semakin kurus, namun babah tetap optimis untuk sembuh. Tetap rutin menjalani sinar radiasi dan kemotrapi, bahkan para pasien yang lainnya ikut termotivasi karena babah sering kali menjadi penyemangat untuk teman2 sesama pasien kemoterapi. Sampai2 dokter yang menangani babah meminta babah untuk menjadi motivator untuk salah satu pasien yang hampir menyerah untuk sembuh dan berhasil.
3 hari keluar dari rumah sakit babah mengatakan ingin pulang ke Sungai Penuh, aku dan mama tentu saja melarang. Namun babah tetap bersikeras ingin pulang, dia sudah capek katanya. dia kangen rumah. Mamapun meminta izin dokternya untuk pulang, dan diizinkan.
Tanggal 4 April babah balik ke Padang, dan langsung dibawa kerumah sakit sesampainya dipadang subuh 5 April. Paginya aku dan adikku langsung mengunjungi rumah sakit, kupakai baju yang baru saja beliau beli untukku, aku dan saudari2ku memang tidak pernah membeli pakaian sendiri. selalu saja babah yang membelikan dan kalaupun membeli sendiri harus terlebih dahulu memperlihatkan modelnya pada babah. "terkabul juga keinginan kamu, pengen baju itu" ucap babah. "tau siapa yang beli?" tanya mama, memang baju itu aku beli bersama mama karena babah tidak bisa keluar rumah. "taulah, belinya kan pakai duit babah" jawab babah simple. "Yang babah belikan dulu udah nggak muat" jawabku, beliau hanya tersenyum. "kaya super mario, bah" ledek keke adikku. "kakak kamu kan agak aneh" jawab babahku lagi. Hari itu babah memang sudah ceria. Lebih banyak bicaranya.
Setiap harinya banyak sekali dukungan dari teman2 yang aku terima, walapun aku sempat kesal saat ada yang mengatakan " yang tabah by, aku juga bisa merasakan bagaimana perasaan kamu". Benar-benar masih labil kuucapkan "jangan mudah mengatakan bisa merasakan apa yang aku rasakan. Kamu belum tau rasanya sakit dan luka dihatimu saat kehilangan ayah. Tidak akan bisa kamu merasakan hal yang sama, merasakan apa yang aku rasakan. Lebih baik dari sekarang kamu manfaatkan waktu yang ada ini, untuk kebahagiaan orang tuamu. menghargai waktu yang masih diberikan Allah SWT untukmu, bukannya dengan enteng mengatakan MERASAKAN HAL YANG SAMA DENGANKU, karena itu sama saja kamu ingin merasakan kehilangan ayah seperti halnya aku". aku sadar saat mengucapkan itu kondisi ku masih sangat terpukul dan emosional. Namun aku memang berpikir demikian, siapa yang mengucapakan turut berduka cita kepadaku, dan mengatakan kata2 diatas tetapi masih memiliki orangtua yang utuh namun masih saja mengabaikan kedua orangtuanya, benar-benar rugi dan pasti akan menyesal saat Allah SWT sudah meminta kembali miliknya kepelukannya.
Aku sudah merasakannya........
Betapa sulit menahan tangis saat orang-orang berkata wajahku yang amat mirip dengan babah, serta tingkah, sifat dan cara bicaraku yang amat serupa dengan babah. ku jawab "yah, jadi obat kangen aja. kalau lagi rindu banget sama babah, lihat aja aku" sambil tertawa.
Penyesalan memang selalu menjadi penutup, untuk itu siapa saja yang membaca ini. Selama masih memiliki orang tua di sisi kalian, sayangilah mereka, hargai mereka, bersyukurlah mereka masih berada disamping kalian. Jangan pernah melukai hati orangtua kalian, karena akan benar-benar menyesal saat nanti mereka pergi jika kenangan yang kalian berikan kepada orangtua bukanlah sebuah kenangan indah. Bukan kenangan yang membuat kalian tersenyum dalam tangis saat mengenangnya, melainkan penyesalan dan kepedihan dalam tangisan saat mengenangnya.
Saat itu, pada awal tahun babah (ayah) sedang dirawat di rumah sakit, babah memang sering keluar masuk rumah sakit karena kanker yang dideritanya. Tapi babah orang yang kuat, dia selalu berjuang melawan penyakitnya. 28 kali di radiasi, 9 kali kemoterapi. Tetap tidak pernah menyerah buat sembuh dari jeratan kanker. Padahal sebelumnya babah punya badan yang gendut, sering kali aku saat masih kanak-kanak setiap pulang dari sekolah berlari menghampiri babah yang sedang menonton di kamarnya dan melompat ke atas perutnya, lalu memainkannya bak gendang. Beratnya pernah mencapai 80kg, namun saat kanker menyerang tubuhnya babah kehilangan bobot tubuhnya hingga 40 kg. Pedih hati ini melihatnya, babah yang dahulunya sering kali bercanda dan tertawa semenjak kanker susah sekali untuk tertawa. Babah yang biasanya selalu menggendong dan mendekapku, tidak bisa lagi. Jangankan menggendong, untuk berdiri saja babah mudah sekali lelah.

Setiap hari babah selalu ditelepon teman2 sesama pasien, mereka berterima kasih karena semangat yang babah berikan. Dirumah sakitpun babah dipanggil "Pak RT". Babah selain ramah juga pandai bergaul, teman2nya ada saja dimanapun.
Selama 6 bulan pertama pada 2014 babah memang sering keluar masuk rumah sakit karena kelelahan akibat kemoterapi. Pada bulan July 2014 kondisinya sudah mulai membaik kembali, babah juga masih mengendarai mobil walau tidak seperti biasanya, sangat lambat.
Sepanjang tahun 2014 ini babah selalu merayakan ulang tahun kami, dari ulang tahunku pada bulan May, hingga mama di bulan Agustus. Padahal sebelumnya babah hanya mengirim ucapan atau menelpon dan memberi kado kemudiannya.
Pada awal Agustus babah menghentikan kemoterapinya dan mengganti dengan sinara radiasi, disaat inilah kondisi babah semakin melemah, efek dari sinar membuat tubuh babah seringkali nyeri dan terasa panas. dibagian perut hitam karena sinar. Namun beliau tetap rutin pulang pergi ke rumah sakit. Tiap hari rabu dan jum'at tiap minggu babah bolak balik sinar ke rs. Kankernya sudah sedikit berkurang pertumbuhannya. setelah 28 kali sinar pada Desember 2014 kondisi babah tiba tiba drop tanggal 30 desember babah kembali dirawat untuk kesekian kalinya. Aku benar-benar sudah tidak mampu lagi menatap beliau tanpa tangis, jadi setiap beliau tertidur aku mengeluarkan air mataku agar beliau tidak melihatnya.
5 January 2015 operasi kedua babah dilaksanakan, sebelum operasi beliau dilarang makan selama satu minggu, hanya infus dan makanan cair saja yang boleh ia konsumsi. Kembali hati ini teriris rasanya menatap babah yang biasanya selalu bisa menikmati apa saja kini tidak bisa mencicipi makanan yang diinginkannya, jangankan sesendok secuilpun tidak bisa beliau rasakan.
Operasi kedua memakan waktu yang lebih lama dari operasi sebelumnya, selama + dari 5 jam kami menanti operasinya. Masuk ruang operasi pukul 3 dan keluar pada pukul 10 malam. Betapa terkejut kami mendengar pernyataan dokter bahwa kanker babah sudah menjalan ke bagian tubuh babah yang lain, babah mendapat kanker usus besar awalnya. Setelah operasi barulah diketahui bahwa kanker sudah tumbuh di usus kecilnya, itulah yang menyebabkan kondisi babah semakin drop sebelum operasi. Ususnya kembali dipotong. Pasca operasi babah kehilangan bobot badanya lagi, bahkan harus menjalani fisioterapi karena terlalu lama berbaring di rumah sakit.
Akhir february babah keluar dari rumah sakit, beliau yang sudah semakin kurus. Sekarang harus dibimbing jalannya. Untung saja mama selalu setia merawat babah, kapan pun dimana pun. Mama tidak pernah mengeluh. Sering aku terjaga saat malam hari, mengintip babah. Babah memandangi mama tidur. Aku menahan tangis sambil berdo'a untuk kesembuhan beliau. Berharap beliau dapat sembuh secepatnya, kembali ceria, tertawa, dan melantunkan candaannya seperti dahulu.
Hari demi hari berganti, keadaan beliau semakin drop walaupun semangatnya tetap sama. Namun baru 1 minggu keluar dari rumah sakit. Babah kembali dirawat, luka setelah operasinya tidak kunjung mengering. babah dirawat lahi hingga akhir March. pada tanggal 20 March babah keluar dari rumah sakit. lukanya belum juga sembuh. Namun dia sudah kangen rumah dan ingin pulang.

Saat di Sungai Penuh babah memang tampak senang, mama yang berharap babah nyamanpun membelikan tempat tidur dan kasur yang baru untuk babah. Saat tidur babah berkata "kasur ini nyaman, ma. enak". Tapi babah cuma dapat menikmatinya semalam, karena keesokkan harinya dokter meminta babah kembali ke Padang, babah memang tidak mengeluh. Mama menelpon dokter karena sudah hampir 4 hari babah tidak buang air besar. Saat mendapat telepon dari dokter babah pun tanpa menolak langsung mengiyakan permintaan dokternya.
"Hanya 2 hari babah pulang" ucapnya.

Saat malam sebelum pulang, aku agak berat meninggalkan kamarnya. Pantas saja, saat jam 12 malam mama menelponku mengatakan bahwa babah akan di operasi langsung malam itu. Aku marah, karena baru saja beliau sampai dan dirawat, dan secepat itu ditindak. ditmabah lagi sudah tengah malam aku tidak bisa ke rumah sakit lagi karena tidak ada kendaraan.
Operasi ketiga lebih parah lagi, operasi selama 6 jam. Kondisi babah sangat sangat lemah, memang di operasi kedua babah di ICU selama 5 hari namun kali ini babah sempat koma selama sehari, tetapi babah kuat, saat bangun tensinya yang sebelumnya sempat 40 naik menjadi 80 walaupun masih dibawah normal. selama 3 hari sedikit demi sedikit membaik, karena kemajuan babah pada operasi kali ini lebih baik dari operasi yang sebelumnya. Walaupun kali ini alat-alat yang di lekatkan pada tubuhnya lebih banyak. Hari keempat babah mulai meminta makan, ini kebiasaan babah tiap kali dirawat, dia ingin bubur. Mama yang kasihan minta izin pada dokter di ICU, namun belum diperbolehkan, tapi biar babah tidak kecewa mama katakan saja "nanti akan dibeli" jawaban babah hanya anggukan karena saat itu menggunakan Ventilator. "Dada babah sakit" ucap babah pada mama setelah itu, "sabar bah ya" jawab mama sambil mengelus keningnya. Saat itu ada sahabat babah juga yang baru datang untuk menjenguknya, babah masih bisa bertanya "kapan datang?" dan mengangguk.
Jam 17.00 WIB aku dan keke masuk ke ICU melihat babah, beliau terjaga memandangi kami masuk ke ruangannya dari balik kaca. Awalnya dia terpana memandang kami berdua, aku tidak kuat lagi dan menangis didepannya, babah langsung mencoba membuka Ventilator yang terpasang di mulutnya, aku dan adikku langsung memegangi tangannya " jangan bah, nanti saja bicaranya" tegahku. Air mata mengalir dipipiku melihat nafas babah yang tersendat-sendat memandangi kami berdua, babah tetap mencoba bicara walau aku tidak tau apa yang babah katakan aku tetap menangis mendengarnya. Suster masuk dan meminta kami keluar, saat hendak keluar kembali aku menengok ke belakang dari balik kaca, babah masih memandangi kami, saat itu suster sedang menyuntikkan obat memacu jantungnya. Jam 18.00 WIB mama masuk menjenguk babah, saat di dalam babah memandangi mama dan bertanya " tanggal berapa sekarang?" mama mengerti dan menjawab "tanggal 9 April,bah" babah mengangguk lagi mendengarnya, mama genggam tangan babah. Babah cuma memandang mama, babah bertanya lagi " Andi sudah makan? sudah dikasih uang?" babah menanyakan oomku yang membantu merawat babah dirumah sakit "sudah" jawab mama. Babah kembali diam, adzan maghrib berkumandang. Mama izin keluar "bah, mama shalat dulu ya?" ucap mama, babah mengangguk tapi tetap menggenggam tangan mama, saat mama melepas tangannya dan keluar babah masih menatap mama.
18.35 WIB, baru saja mama keluar dan shalat. sepuluh menit kemudian jam 18.45 WIB kami semua dipanggil masuk ke ruang ICU, betapa terkejutnya kami menyaksikan babah, dokter-dokter sudah memompa jantung babah. Babah sudah tidak sadar, aku lihat ke monitor, X tertera pada layar. Jantung babah berhenti, beberapa detik kemudian naik menjadi 16. sempat naik 160 namun secepat kilat turun kembali ke 40. Selama 2 jam lebih dokter berusaha mengembalikan detak jantung babah ke normal. Aku benar benar meledak dalam tangis menyaksikan tubuh babahku terhempas naik turun. Ku panggil-panggil beliau, namun babah tidak mendengar. Pukul 20.00 WIB dokter mengatakan sudah tidak ada harapan lagi kepada oom ku yang sahabat babah, aku yang mendengarnya langsung lemas terduduk dan berteriak "babah masih bernafas, coba terus!" padahal aku tau yang bernafas itu bukan babah tapi alatnya. Namun aku tetap optimis babah masih bisa diselamatkan.
Ku bacakan dua kalimat syahadat ke telinga beliau, surat-surat pendek, dan memanggil babah agar bangun, namun tidak ada reaksi. Air mata mengalir dari matanya, ku usap air mata babah kucium pipinya. Dokter masih saja mengehentak2 tubuh babah, kembali ku usap kaki babah yang sudah dingin, ku cium sambil berdo'a dan berharap. Ku arahkan pandangan ke monitor lagi, jantung babah kembali 0 dan X. Jam 20.45 WIB dokter menyerah dan meminta maaf, babah benar-benar sudah kembali ke pemiliknya. Babah benar-benar sudah meninggalkan kami, meninggalkan ruangan kaca tempat tubuhnya berbaring bersama tangisan kami.
Alat-alat yang terpasang ditubuh babah mulai dilepas, aku dan adikku masih saja berbaring di sampingnya, kuusap keringat di keningnya, ku genggam tangan kanannya, keke megenggam tangan kirinya berharap ada reaksi babah. Mustahil. ku bisikkan permintaan maaf yang belum sempat ku ucapkan ke telinga babah " babah, maafin iby bah. babah jangan bercanda bah, iby janji dak bakal marah-marah lagi, janji jadi anak baik, bangun bah" ku ucapkan itu berulang kali sambil mencium kening dan pipi babah, air mata babah kembali mengalir di pipinya, "apa babah dengar?" ku usap air mata yang mengalir di tubuhnya yang kaku. Mama dan adikku pun juga melakukan hal yang sama, om Andi membacakan yasin di samping babah. berulang kali air mata babah mengalir saat kami membisikkan kalimat syahadat, kata2 sayang dan ayat-ayat suci ditelinganya. Aku berharap itu merupakan tanda bahwa babah mendengar kami.
Saat dokter mulai membersihkan tubuh babah dan melepas alat-alat yang tersisa ditubuhnya, mata babah terbuka sedikit dan dokter maupun suster tidak bisa menutupnya. Dokter dan suster tidak menyangka akan kondisi babah tiba2 menurun, karena sebelumnya babah sudah direncakan akan pindah ke ruang rawat karena kondisinya sudah semakin membaik. Suster yang merawat babah sejak awal dari operasi kedua tak pernah mengira, sempat berkata "saya benar-benar ditipu oleh bapak, bu" ucapnya kepada mama. Aku dan keke masuk ke ruangan kaca itu kembali, kulihat tubuh babah sudah ditutupi kain, kubuka kain tersebut, kucium kembali keningnya, babah benar-benar seperti tertidur, tidur seperti biasanya, kebiasaan babah tidur memang begitu, matanya sedikit terbuka. Ku usap lagi keningnya, dan mengucapkan dua kalimat syahadat lalu aku ucapkan bahwa aku menyanyangi beliau, ku coba menutup matanya, tertutup, dan kembali kuusap air mata yang sedikit keluar dari matanya. Babah benar-benar tidur dengan tenang, tenang dan damai sekali.
Aku mengikhlaskan babah pergi......
Aku mengikhlaskan babah pergi......
Pemakaman babah berjalan lancar, meninggal di malam jum'at dan dikebumikan di pagi jum'at, banyak sekali teman-teman dan keluarga yang datang, memandikan babah, mengkafani, mengshalatkan dan mengubur babah. Saat subuh kami sampai di Sungai Penuh, orang-orang sudah berkumpul menyambut babah untuk terakhir kalinya. Selama 1 minggu, rumah kami selalu ramai, banyak sekali kenalan babah dari berbagai daerah yang datang. Aku takjub dan bangga, banyak sekali orang yang menyayangi babah. Mudah-mudahan semua yang datang mendo'akan ketenangan babah di sisi Allah SWT.
Babah benar-benar membuat aku bangga......
Aku sudah merasakannya........
Penyesalan akan hal-hal yang belum sempat ku lakukan selama babah masih berada disisiku, masih terbayang-bayang hingga kini. Harapan bahwa yang ku alami pada malam 9 April itu hanyalah mimpi, babah masih ada, masih hidup, harapku.... benar-benar sakit mengharapkannya.
Sakit saat membayangkan saat-saat terakhir melihat babah, mengingat candaannya, tingkah lucunya, marahnya, tawanya, cara makannya, cara berjalannya, keusilannya, segala kenangan tentangnya. Sakit sekali dan perih hati ini saat mengucapkan ikhlas melepasnya.
48 tahun umur beliau, 48 tahun babah hidup didunia, 20 tahun aku hidup disampingnya. Hanya sebentar, namun kenangan yang beliau beri sudah ribuan hingga tak terhitung.
Betapa sulit saat orang-orang mulai menatapku dan berkata aku mengingatkan mereka pada babah.
Benar-benar, jadi membuatku semakin merindukan sosok beliau disampingku.
Betapa sedihnya, setiap kali shalat berdo'a untuk beliau berharap dapat bertemu babah di dalam mimpi.
Saat merasakan itu semua, benar-benar hancur hati ini. mengharapkan sesuatu yang mustahil, yang tidak bisa terwujud.

Sayangi siapa saja yang ada disisimu dengan sepenuh hatimu, ikhlas, dan sabar. Setiap cobaan pasti ada hikmah dibaliknya.......
Beloved parents, cherish the time with them as long as they are still there by your side. Time can not be repeated, dont wait to be remembered and later regret, create wonderful memories that will make you smile when they are gone. not regret that made you mourn when they are gone......
Babah kami tercinta......
20.45 WIB, 9 April 2015
di Semen Padang Hospital
Heri Usman
bin
dr. H. Usman Karim S.KM
dr. H. Usman Karim S.KM
Komentar
Posting Komentar